A review by renpuspita
The Wrath & the Dawn by Renée Ahdieh

adventurous lighthearted medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

 Enemy to lover tapi berasa yg nanggung banget!

The Wrath and The Dawn bisa dibilang karya debut dari Renee Ahdieh yang terinspirasi dari Kisah 1001 Malam. Premise dasarnya sendiri memang mengambil kisah Shahrazad atau Scheherazade yang mendongeng tiap malam kepada suaminya, Syah Razar agar dia selamat dari kekejaman sang suami yang selalu membunuh istri - istri terdahulu. Tapi kalau ngira The Wrath and The Dawn bakalan plek ketiplek sama Kisah 1001 Malam, ya bakal salah karena Renee Ahdieh hanya mengambil dasarnya saja dan mengembangkan ceritanya sendiri.

Di buku ini semua tokoh utamanya masih remaja umur 16-18 tahun. Shahrzad atau Shazi menikahi Khalid Ibnu al-Rashid yang seorang Khalif Khorasan karena ingin balas dendam gara - gara Khalid ngebunuh Shiva, sahabatnya Shazi. Tapi Shazi terus tahu kalau Khalid ternyata ga seburuk yang dia kira. Oke dari ini saja udah tipikal ceritanya, lol. Cuman gue teruskan baca karena pingin tahu kenapa Khalid ngebunuh istri - istri sebelum Shazi. Kalau di Kisah 1001 Malam yang asli, Syah Razar melakukan itu karena sakit hati, nah apakah di buku ini juga sama? Tentunya ya harus baca bukunya sampai akhir buat tahu.

Bagi gue, The Wrath and the Dawn ini lebih fokus romance ketimbang fantasynya. Lho Ren, kan kamu penggemar berat romance? Oh ya jelas, tapi gue merasa romance di buku ini kayak mixed signal. Renee Ahdieh mungkin bingung, mau bikin romansa yang slow burn atau yang insta-lust sekalian. Gue sendiri melihat kayaknya Ahdieh lebih fokus ke karakterisasi Khalid yang type strong, silent dan tortured. Arketipe tortured, brooding, mysterious dan "I'm not worthy of your love!" -nya itu DAPAT banget. Tapi gue ga bisa bilang hal yang sama buat Shazi. Buat cewek yang keras kepala dan pengen balas dendam sama Khalid, yang gue baca cuma "WOE is ME!", alias galau mulu si Shazi. Di satu sisi ingin ngebunuh Khalid, tapi disisi lain "aduh, Khalid mau nyium gue ga ya??". All happen in the 2nd (or 3rd day, I forgot, lol) day! Baru awal - awal! Jadi ini mau dibikin cinta bak mie instan atau yang slow burn deh?? Padahal dari segi Khalidnya sendiri udah mayan oke tapi dari Shazi gue mikir ini anak kenapa??

Gue bukan penggemar love triangle, tapi ada love triangle yang bisa ditulis dengan bagus. Ngebaca salah satu love interest Shazi di buku ini yaitu Tariq gue malah geli sendiri. Plus kesal juga sama Shazi. Gue ga masalahin misal Shazi masih ada perasaan sama Tariq dan nyium cinta pertamanya kalau Shazi sama Khalid misal masih tunangan atau penjajakan dulu. Ya selama janur kuning belum melengkung yekan? Tapi ini kan Shazi sama Khalid SUDAH nikah! Call me old fashioned, but, Shazi, loe tuh dah jadi permaisurinya Khalid tapi masih mau aja dicium Tariq! Wallahi, we are finished! Gue akan lebih menghargai kalau si Shazi pas mau dicium nolak lah atau gimana gitu, toh pas itu juga udah ketahuan kalau Shazi aslinya ada hati sama Khalid. Tapi diem - diem bae pas dikokop Tariq, ya gue juga jadi kesel bacanya lah hahaha. Tariq sendiri sering mencibir ke Khalid dan bilang Khalid itu raja bocah, tapi kelakuannya malah lebih bocah daripada Khalid. Kaca mana mas kaca???

Bagian politiknya sendiri sih ga terlalu banyak ya dan bahkan fantasynya pun termasuk yang sedikit kalau dibandingkan sama misalnya trilogy Daevabad yang juga sama - sama memakai kisah 1001 Malam. Gue mayan suka sama dongeng yang dituturkan sama Shazi, cuma sayangnya ga banyak. Ada salah satu dongeng yang lucu juga karena Shazi menuturkan kisah Bluebeard tapi ala Middle East. Wicis, cerita Bluebeard sendiri sebenarnya dari Prancis dan terinspirasi dari kisah Gilles de Rais walau ada study yang menyatakan kalau kisah Bluebeard memang ada kesamaan dengan kisah 1001 Malam yang asli yaitu di bagian suami yang ngebunuh istri - istrinya. Terjemahannya sendiri oke, agak kaku dikit tapi masih bisa dinikmati. Ada glossarium juga di belakangnya walau gue merasa beberapa istilah itu cuma kayak tempelan biar ceritanya berasa ada di timur tengah. Gue suka sama persahabatan Shazi dan Despina, juga dengan Jalal, Kapten Pengawalnya Khalid. Meski gue ga terlalu suka awal kisah romansa Khalid dan Shazi, pas mendekati akhir cukup ditulis dengan bagus.

Endingnya sendiri berakhir ngegantung dan dilanjutkan di The Rose and the Dagger. Gue merasa karena ini karya debut, maka The Wrath and the Dawn emang banyak kurangnya. Tapi buku ini ga buruk meski menurut gue juga ga wow banget. Gue berharap meski di buku pertama porsi romancenya lebih dominan, di buku kedua akan balance antara aspek fantasy dan romancenya. Apalagi melihat Shazi kayaknya punya sedikit sihir di dalam dirinya yang ga terlalu dieksplor di buku ini dan ending buku pertama yang menyiratkan kalau akan ada masalah besar yang mengancam Khorasan dan juga Khalid. 

Expand filter menu Content Warnings