Scan barcode
renpuspita's reviews
1361 reviews
3.75
The book divided of some parts, focused into myth, legend and also vampire appearance in the world, such as vampire hysteria in the 13-15th century. There were also mentions of serial killer vampire that pretty much chilling to read, you wonder if you have already know it all form of serial killer then boom, there's serial killer mimicking vampire. What make this book shine is how the author pretty much knowledgeable when detailing vampire in literature, movie, tv series and games. From classic, of course there's detail explanation about Dracula by Bram Stoker. After all, Stoker's book was book that make vampire popular. BUT, before Stoker, there was Carmilla by J. Sheridan Le Fanu and the author also explain it thoroughly. For modern literature, there's Interview with the Vampire by Anne Rice, Southern Vampire series by Charlaine Harris and don't forget, Twilight.
My complaint is, why there's no Black Dagger Brotherhood by J.R.Ward in the example of romantic vampire books? The author mentioned some titles, including Jeaniene Frost's Night Huntress and Alexandra Ivy's Guardian of Eternity. But no BDB? Seriously? No Dark Hunter by Sherrilyn Kenyon as well, but the lack of BDB is pretty much insulting because while I don't read it anymore, I admit that BDB is one of those vampire romance book that also achieve cult following. Also for a book that said to have illustrations in the blurb, the illustration are pretty much sporadic and sometimes just put there for being a decorations. It will be nice if there's a drawing of vampires from some mythology.
If you like all things vampire, this book is a must. I admit, despite my complaints, there's some knowledge about vampire that I only know after I read this book. Also, its piqued my interest to read Dracula by Bram Stoker. Hmm, maybe next Halloween, it's time to read Count Dracula!
Graphic: Torture, Blood, Stalking, and Murder
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.5
Gue dulu tertarik beli The Thirteenth Tale atau yang diterjemahkan menjadi Dongeng Ketiga Belas karena covernya yang unik. Gue juga menganggap ini awalnya fantasy karena ada unsur dongeng dan bahkan vibe covernya sendiri mirip The Book of Lost Things yang juga diterjemahkan dalam jangka waktu yang berdekatan (bahkan edisi aslinya pun terbit hampir berbarengan!). Tapi dugaan gue salah. Buku ini bukan fantasy, bahkan bukan dongeng biasa. Dongeng Ketiga Belas adalah kisah tentang kehilangan tak terperi, rasa duka yang begitu tajam, rasa bersalah yang mengakar dalam, hantu yang kerap membayangi dan tragedi yang kelam. Tidak berlebihan rasanya kalau menganggap vibes buku ini kelam, tapi anehnya, gue justru menikmati lembar - lembar di dalamnya.
"Ceritakan padaku yang sesungguhnya"
Dengan premise yang sederhana itulah cerita Dongeng Ketiga Belas dimulai saat Margaret Lea, seorang penulis biografi amatir diundang Vida Winter untuk mendengarkan kisah si penulis dengan masa lalu misterius. Vida memang pendongeng handal, saking handalnya semua jurnalis yang meliputnya dikibuli habis - habisan dengan kisah hidupnya yang dibalut dongeng. Tapi kenapa Vida sekarang mau membuka diri pada Margaret yang notabene bukan siapa - siapa? Ternyata ada alasannya, karena Vida merasa kondisi Margaret mirip dengannnya. Dan bergulirlah kisah keluarga Angelfield, sebuah keluarga disfungsional yang hidup di desa (atau kota kecil?) di Inggris, dengan fokus cerita pada si kembar bernama Adeline dan Emmeline.
Menurut gue, Diane Setterfield sendiri sangat ahli dalam menuliskan penuturan Vida atas kisah hidup keluarga Angelfield. Sebelum wawancara dimulai, Vida sudah meletakkan aturan dan batasan - batasan. Ada awal, tengah dan akhir, tidak ada lompatan dalam cerita -yang berarti cerita dituturkan dalam alur linear tanpa interupsi-, dan tidak ada pertanyaan - pertanyaan. Dengan ini saja pembaca seakan diperingatkan "jangan baca bagian akhirnya dulu supaya kamu ga kena spoiler! Supaya misteri dan teka tekinya terjaga". Lalu memang demikian adanya kisah di buku ini bergulir, runut dari awal sampai akhir. Mengandung awal, tengah dan akhir, sebab dan akibatnya pun jelas. Meski begitu, walau cerita Vida dituturkan dengan alur yang jelas, penulisnya juga mencampurkan cerita Vida dengan cerita Margaret ditambah pertanyaan - pertanyaan yang menghantui benak Margaret. Kebenaran apa yang terkandung dalam cerita Vida? Dari sini juga kita dituntut untuk cukup jeli, karena Vida menceritakan cerita keluarga Angelfield awalnya dari sudut pandang orang ketiga serba tahu, laiknya seorang pengamat sebelum akhirnya terselip (entah sengaja atau tidak) dan menggunakan kata ganti orang "kami" dan lalu jadi "aku" . Sementara untuk narasi dari Margaret sendiri sudah jelas, selalu memakai kata ganti "aku". Untuk membedakan narasi dari pihak Margaret atau Vida sendiri tidak terlalu susah, cukup dengan memperhatikan cara mereka "berbicara", karena menurut gue, cukup berbeda.
"Hidup ini begitu penting bagi kita, sehingga kita berpikir kisahnya dimulai pada saat kita lahir. Mulanya tak ada apa-apa, kemudian aku lahir... Namun tidak begitu adanya. Hidup manusia bukan seutas benang yang dapat dipisahkan dari ikatan lain dan diletakkan lurus. Keluarga adalah jaring. Tidak mungkin menyentuh salah satu bagiannya tanpa menggetarkan semuanya. Tidak mungkin memahami satu bagian tanpa memahami seluruh bagiannya."
Setterfield seakan menulis buku ini sebagai homage untuk novel - novel gothic, terutama Jane Eyre yang selalu dibahas di buku ini. Margaret sangat menyukai buku Jane Eyre dan begitu juga Vida Winter. Meski gue akuin, gue belum pernah baca Jane Eyre tapi jadi cukup tertarik juga untuk membacanya. Selain Jane Eyre, ada juga membahas buku Wuthering Heights dan The Woman in White. Vibes gothic buku ini emang sangat terasa. Unsur - unsurnya semuanya ada, mulai dari rumah besar yang tidak terawat, obsesi paman si kembar, Charlie kepada adiknya, ibu si kembar yang bernama Isabelle yang mendekati incest, si kembar Adeline dan Emmeline yang aneh dan ga bisa diatur, atmosfir yang kelam, dan bahkan ada kebakaran besar. Gue lebih menyukai Dongeng Ketiga Belas ini daripada katakanlah, We Have Always Lived in the Castle karya Shirley Jackson ataupun The Historian karya Elizabeth Kostova, dimana dua novel yang gue sebut itu juga bernuansa gothic. Setterfield lebih pas dalam menuliskan kondisi si kembar Angelfield bersama dengan pembantu rumah tangga mereka, Missus, dan tukang kebun, John-the-Dig; yang menolak orang luar ketimbang agoraphobianya Merricat dan Constance di We Have Always Lived in the Castle. Bahkan untuk buku dengan tema "cerita dalam cerita", Dongeng Ketiga Belas lebih bisa gue nikmati daripada The Historian yang terasa sangat pretensius. Buku ini juga lebih baik daripada The Book of Lost Things yang sama - sama tentang dongeng, tapi itu mungkin karena gue ga terlalu suka konten gore dan horror di Book of Lost Things, walau Dongeng Ketiga Belas sendiri juga sama horrornya tapi horrornya sih lain dan enggak, buku ini ga ada element supernaturalnya meski tetep bikin merinding juga karena sosok "hantu" yang memang beneran ada atau cuma figmen imajinasi tokoh - tokohnya.
Misterinya sendiri menurut gue cukup solid dan jika jeli memang ada semacam lubang-lubang dalam cerita Vida, yang membuat gue berpikir apakah Vida masih tetap berbohong kepada Margaret saat bercerita. Pace ceritanya juga sangat lambat tapi memang buku ini tidak untuk dibaca terburu - buru. Bahkan vibesnya juga dingin karena salju yang turun di penghujung cerita dan bahkan ada adegan Margaret jalan - jalan di waktu hujan karena teringat saudara kembarnya sampai si Margaret jadi sakit. Menariknya, tidak jelas juga setting cerita saat keluarga Angelfield masih hidup. Apakah setelah perang? Tapi bahkan tidak ada jejak - jejak perang, padahal gue yakin ceritanya sendiri kemungkinan saat awal abad 20 dan mendekati masa Perang Dunia I, tapi buku ini ditulis seakan kejadiannya masih di era Victoria aka abad 19. Misteri yang terungkap menjelang akhir cerita menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga Angelfield dan kenapa Vida mengganti namanya tapi gue masih bertanya - tanya
Dongeng Ketiga Belas adalah kisah tentang rasa duka yang mendalam serta perasaan ingin menjadi bagian keluarga yang utuh, dan itu tidak cuma dari Vida tapi juga dari Margaret yang kehilangan saudara kembarnya saat mereka masih bayi sehingga Margaret selalu merasa "tidak utuh". Tapi dengan segala kesuraman,tragedi dan keputus asaan, akhirnya ada sedikit titik terang di akhir cerita. Gue akuin gue ingin menangis dan bahkan merasakan kesedihan serta agak merasa hampa saat mengetahui kebenaran dari cerita Vida serta penerimaan Margaret akan "hantu"nya. Gue merasa untuk keluarga Angelfield seandainya jika kejadian yang menimpa keluarga ini berlaku sebaliknya, mungkin ceritanya akan lain, tapi akhirnya ya disitulah menariknya buku ini. Buku yang suram tapi juga menawarkan harapan pada akhirnya. Selain homage Setterfield untuk novel - novel gothic (utamanya Jane Eyre), buku ini juga menunjukkan kecintaan akan buku yang gue amini, karena di saat kondisi kita sedang serendah -rendahnya, buku - buku memang bisa jadi penyelamat. Sedangkan untuk kisah anak kembar di buku ini, gue merasa Setterfield melakukan riset yang cukup untuk anak kembar; karena gue juga jadi teringat keponakan gue yang anak kembar. Dimana keponakan gue saat masih bayi memang ada speech delay, tapi habis baca buku ini gue tersadar karena mereka berdua, mereka berkomunikasi dengan cara mereka sendiri atau yang dibilang "bahasa anak kembar" di buku ini. Sama juga seperti yang dilakukan Adeline dan Emmeline.
Apakah endingnya bahagia? Menurut gue endingnya cukup bisa diterima dan "kebahagiaan" yang akhirnya dialami baik Margaret ataupun Vida mungkin memang pas untuk mereka berdua. Apalagi "eureka moment" nya Margaret saat akhirnya dia paham apa yang diceritakan Vida itu menurut gue jadi salah satu highlight karena itu adalah titik putar dimana "misteri tidak lagi jadi misteri dan teka - teki menjelaskan dirinya sendiri". Buku ini menurut gue bisa jadi bahan diskusi yang baik, karena banyaknya tema - tema yang dibahas, termasuk juga apakah penelitian yang dilakukan si guru privat, Hester Barrow dan dokter keluarga, Dr Maudsley terhadap si kembar itu etis untuk dilakukan. Karena review ini juga udah sangat kepanjangan dan gue khawatir spoilernya pun lumayan, gue sangat merekomendasikan The Thirteenth Tale kalau kamu nyari novel dengan vibes gothic, misteri serta suspense yang cukup bikin penasaran dan rahasia keluarga yang terpendam dalam - dalam.
"Semua anak memitoskan kelahirannya sendiri. Itu karakteristik umum. Kau ingin mengenal seseorang? Hati, pikiran, dan jiwanya? Tanyakan padanya tentang saat dia lahir. Yang akan kaudapatkan bukanlah kebenaran: kau akan mendapatkan sebuah dongeng. Dan tak ada hal yang lebih menggugah selain dongeng"
Graphic: Death, Mental illness, Physical abuse, Blood, Grief, Death of parent, Fire/Fire injury, and Abandonment
Moderate: Confinement, Infidelity, Terminal illness, Excrement, Vomit, Medical content, Dementia, and Pregnancy
Minor: Rape, Sexual content, and Forced institutionalization
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.5
This book is a cozy mystery yes, but tend more toward mystery rather than cozy feeling. The cozy come from the Lyndsay Murray's big family, from her parents, her big brother, her grandma, her cousin and some uncles and aunties. The pace itself kinda fast but I wish Matthews didn't try to always remind what time is it when Lynds going somewhere or investigate someone. This book also didn't try to hide its dislike of cops, lel. Apparently NYPD detectives were incompetence of sort with how they are so sure that Lynds is the murderer. Actually, the way Matthews write it was make sense. Lynds have motives, means and also her charm bracelet was found in the victim's place. All the evidence were against Lynds and I kind of know how frustrated Lynds might be. Try to clear her name because her business and her family matters. The unbelievable happen when Lynd and her cousin, Reena, got random shot that they believe the culprit try to intimidate them but the cop (in this case a potential love interest) said that maybe they fake the whole things. Like, OMG, seriously, I can't even. How incompetence these cops eh?
Although the mystery and the way of story unfold left me with mixed feeling, I decide to give half star more to my original 3 stars rating with the way story end, especially when Lynds got cornered by the culprit. I'm appraised Matthew's decision to write Lynds that keep practicing kickboxing because the scene when
I enjoy reading Against the Currant although Lynds's attitude sometimes can grates my nerves, lel. So I don't know if I want to read the next book or not. I think if you like your foodies cozy with Caribbean culture and a spitfire heroine that will not let others bullied her and accused her of murder, you might want to try this one.
Graphic: Gun violence, Death of parent, and Murder
Moderate: Bullying and Stalking
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? No
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.0
Dan terjadi lagi dimana Ren gagal menebak siapa pelaku pembunuhan :3
Setelah bulan lalu baca Pembunuhan ABC (aka The ABC Murders), gue memutuskan untuk membaca After the Funeral tepat pada perayaan hari kelahiran Dame Agatha Christie di tanggal 15 September. Kenapa milih judul ini? Alasan lainnya sih karena buku ini dibaca juga untuk reading challenge di SG jadi ya sekalian lah. Kalau baca - baca review, kayaknya banyak yang kurang puas karena porsi Poirot kurang banyak. Walau gue akuin iya dan Poirot sendiri malah baru ada setelah 100 halaman buku, toh tetep gue akuin deduksi Poirot dalam menebak pelaku sangat luar biasa.
Keluarga Abernethie baru saja berkabung karena kepala keluarga, Richard Abernethie meninggal tapi dengan mewariskan harta yang cukup banyak. Proses pemakaman yang harusnya syahdu malah jadi gaduh waktu adik Richard, Cora Lansquenet bilang kalau Richard dibunuh! Eh, besoknya Cora ditemukan mati dibunuh sama kapak. Sadis banget! Tapi pengacara keluarga Abernethie, Mr Entwhistle jadi menduga - duga, apa ada hubungannya antara kematian Cora dengan celetukannya pada saat pemakaman Richard? Saat itulah pembaca dibawa mengenali anggota keluarga Abernethie, yang mayoritas adalah kemenakan Richard yaitu George, Susan dan suaminya yang bernama Gregory lalu ada Rosamund dengan suaminya yg bernama Michael; adik iparnya yang bernama Helen; serta adik laki - laki satu - satunya yang tersisa bernama Timothy dan istrinya, Maude yang sangat keibuan. Tentunya bukan Agatha Christie kalau ga bikin karakter banyak. Ada juga Miss Gilchrist yang adalah teman serumah Cora dan ternyata ada yang mengincarnya dengan kue pengantin berisi arsenik. Ada juga pelayan - pelayan di rumah Abernethie, kenalan Cora yang seorang kritikus lukisan bernama Mr Guthrie. Tak lupa tentunya ada pak pulisi inspektur Morton and our dear detective, Hercule Poirot.
Membaca karya Agatha Christie memang membuat gue menduga - duga, red herring apalagi yang diberikan sama Dame Christie yang akan menyesatkan dalam membuat deduksi? Yang jelas, red herringnya termasuk yang luar biasa dan bikin gue saat selesai baca be like "HAAAH???". Ini menurut gue plot twistnya berhasil dalam mengejutkan gue, karena gue jujur ga mikir sampai sana hahaha. Gue terlalu sibuk mencurigai anggota keluarga Abernethie yang semuanya punya motif untuk membunuh baik Richard maupun Cora (karena masalah warisan!) sampai gue kelewatan beberapa hal - hal. Hint - hint yang disebar Dame Christie (termasuk juga cover dari edisi yang gue baca!) baru akan masuk akal setelah selesai baca. Gue hanya bisa ketawa miris karena, oh kemampuan deduksi gue sangat kurang!
After the Funeral kental akan vibes keluarga disfungsional yang bikin gue keingat film Knives Out. Atau bisa dibilang Rian Johnson bikin Knives Out ya mungkin terinspirasi salah satunya dari judul ini. Semua anggota keluarga Abernethie yang tersisa hampir ga ada yang personalitinya bisa dikagumi, kecuali mungkin Helen. Tapi Helen pun ternyata menyembunyikan rahasianya. Mungkin yang bikin gue terganggu adalah Cora yang berkali - kali dibilang tolol dan bodoh. Sexisme di buku ini emang cukup kental, apalagi dari mayoritas karakter - karakter prianya. Setting bukunya sendiri di tahun 1950-an, jadi ada beberapa komentar sosial terutama terkait pajak. Tapi bagian itu ga terlalu gue perhatikan.
Buku ini emang walau menurut gue twistnya mantap, tapi penceritaannya muter - muter dan mbulet. Ga cocok kalau kamu ga sabaran bacanya! Tapi seperti yang gue bilang sebelumnya, Poirot itu selain deduksinya luar biasa, kemampuan observasinya juga ga bisa diremehkan, karena dia bisa menebak hanya dari penyelidikan orang lain dan juga saat dia menginterogasi anggota keluarga Abernethie. Menjalin benang merah dari petunjuk - petunjuk yang awalnya terlihat random dan bahkan ga kepikiran sama gue sama sekali! Pada akhirnya, seperti apa yang dipikirkan Mr Entwhistle, apakah pembunuhan itu harus berarti? Dan tipe pembunuh yang seperti apa yang membunuh Richard dan Cora dengan dingin? Jawabannya adalah, baca aja buku ini! XD
Graphic: Death, Sexism, and Murder
Moderate: Infidelity and Xenophobia
Minor: Pregnancy
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? No
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? No
3.75
For a cozy mystery, the murderer identity didn't pretty hard to predict. Reading how Delany unfold the mystery surrounding the culprit remind me of one of Dame Agatha Christie's title I'd read. To be specific, The Pale Horse. The way Delany write the culprit's acts were pretty apparent and obvious, I can guess who they are in the middle of the story. The facts that connected between the victim and the culprit kinda affirm my deduction so I can said that the mystery was easy or maybe because I remember The Pale Horse while reading Deadly Summer Night since
The assembly of characters were solid and I like the heroine, Elizabeth Grady. She is a widow and I like that there was a reason why she remain unmarried. Her relationship with her celebrity mother, Olivia, while not a 100% perfect mother-daughter relationship still show that they love each other with their own way. Olivia believe that Elizabeth will manage the Haggerman's Catskill Resort while Elizabeth try her best to operate the resort and keep the business running. I also like Elizabeth interaction with her employer, such as her best friend, Velvet McNally and one of the swimming instructor named Randy. Although I can't take Velvet name seriously and wonder if Velvet is truly her birth name or just a stage name. What make this book a little bit different is there's no romance between Elizabeth with one of the law enforcement. There's a hint of love interest, come from Richard Kennelwood, son of Kennelwood's owner and make things a little bit awkward because the owner, Jerome, try to sabotage Elizabeth's business in the past.
If there's a thing that didn't sit well with me is the amount of the sexism. I get that Delany try to describe the setting faithfully with the book set in 1953 so we know that back then men often dismissed women's opinion. So, it was frustrating to read the way the cop didn't take Elizabeth's opinion and deduction seriously. Also, the chief keep interrupt Elizabeth when she speak. But, I'm glad with the way the norm at that year work against her, Elizabeth still try to keep her wits. In the end, she also manage to trap the culprit and also bring some people to help her rather than go with the culprit alone. The communist angle is a little bit silly imho, but I understand that in the time of Cold War, the reaction of USA citizen toward communist is met with fear and anger, and Delany describe it very well.
Deadly Summer Nights is a fun summer cozy read and aside from the mysteries aside, you can feel the summer heat and vibes. Together with scandals and gossips among old ladies that follow of course.
Graphic: Death and Sexism
Moderate: Bullying, Infidelity, and Murder
Minor: War
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? Yes
2.5
Itu aja kayaknya udah cukup buat menggambarkan perasaan gue saat baca Angel Creek.
Oke, buku ini emang hisrom bodice ripper banget apalagi tante Linda Howard nulisnya pas tahun 1991. Jadi semua trope bodice ripper diborong sama dia buat Angel Creek ini. Alpha hero yang beneran alphahole dan heroine yang katanya sih mandiri dan berkepribadian keras tapi dikasih kehebatan heronya di ranjang sekali aja langsung bertekuk lutut. Hedeh 🥱. Bahkan adegan ranjang pertama antara sang heroine, Dee Swann dan heronya, Lucas Cochran itu borderline rape 🤬. Lucas maksain diri padahal Dee udah ga mau, tapi akhirnya Dee nyerah juga. Wkwk bener2 bodice ripper at its finest.
Angel Creek sendiri ga cuma berfokus sama Dee dan Lucas, karena ada dua pasangan lain yang juga diceritakan yaitu Olivia Milihan, teman akrab Dee, dengan pasangannya seorang Meksiko bernama Luis Fronteras. Ada juga kisah peternak bernama Kyle Bellamy yang awalnya maksa buat beli lembah Angel Creek punyanya Dee, untuk terus dia dapet HEAnya bersama gadis bar bernama Tillie; yah walau kisah romansa Kyle sama Tillie ini ga banyak. Dari tiga pasangan ini, gue lebih suka kisah Olivia sama Luis, karena meski Luis juga maksain diri tapi dia masih tahu batas dan memberi ruangan sama Olivia dibandingkan Lucas yang main nyosor aja. Bisa dibilang kisah Olivia dan Luis adalah salah satu penyelamat buku ini, karena gue juga suka sama persahabatan antara Olivia dan Dee, serta ada bagian dimana Tillie dan Dee saling kerjasama.
Selebihnya, ya meh semua. Gue ga bisa kasih full 3 bintang karena kelakuan Lucas yang BRENGSEK. Oke, Lucas ngelakuin hal yang bikin Dee marah besar karena dia khawatir sama Dee yang tinggal sendirian di Angel Creek. Tapi Lucas punya hak apa buat mengatur hidup Dee? Bahkan dari adegan ranjang pertama mereka aja Lucas udah kurang ajar dan gue jujur ga paham kenapa Dee ga nolak habis - habisan mengingat harga dirinya sangat tinggi. Iya, iya, gue tahu all that insta-lust dan insta-love, but girl?? Where's your dignity??? Where's your pride??? 🤬. Gue cuma bisa geleng - geleng kepala betapa mudahnya Dee maafin kesalahan besar Lucas padahal pria itu juga yang bikin Dee sempat menderita. Cuma gara - gara dilamar aja. Entah seberapa besar keahlian Lucas di ranjang sampe Dee bertekuk lutut 🙄. I mean, kalau gue jadi Dee, gue bakal minta Lucas groveling bertahun - tahun dan bikin menderita juga sampai nyembah - nyembah, baru gue maafkan 🤣🤣.
Oh ya, terjemahannya sih oke dan enak dibaca. Tapi typonya alamaaak. Mungkin karena namanya hampir sama, suka kebalik-balik nama Lucas dan Luis. Bahkan ada adegan pas Lucas sama Dee, tapi malah yang ada namanya Olivia! Untuk adegan ranjangnya, ya gue akuin hot sih. Tapi gue udah kadung kesel sendiri jadinya beberapa adegan ranjang Lucas sama Dee gue skip wkwk. Kalau yang Luis sama Olivia sih, juara ya. Gue juga ngerasa banyak frasa yang diperhalus buat adegan intimnya tapi tetep bisa dibaca. Untuk yang ga suka sex before marriage, mungkin buku ini bukan buku yang cocok. Buat gue sih mau yang mana aja terserah 😆😆.
Kalau suka hisrom ala bodice ripper awal - awal tahun 90-an, ya mungkin Angel Creek menarik buat dibaca. Tapi jujur lebih bagusan karya - karya Linda Howard yang suspensenya terutama yang isinya pak detektif pulisi hot nan charming kayak Dane Hollister (Dream Man), Sam Donovan (Mr Perfect) atau Jack Russo (Open Season).
Graphic: Gun violence, Sexual content, Sexual harassment, and Injury/Injury detail
Moderate: Toxic relationship
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? It's complicated
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.5
The start of Shelter in Place is chilled me to the bone, literally give me shiver. The mass shooting happen in DownEast Mall in a fiction city called RockPoint and located in Maine, make everybody's life change especially for the survivor. This book mainly focus to two main characters, Simone Knox, the first 911 caller who lost her best friend and try to forget the shooting event but decide to use art for her escapism. The other is Reed Quartermaine, then a college boy that decide to be a cop after he meet an officer that put down the shooter. Said officer, Essie McVee also one of the main characters although not the main focus and become detective of her own right. All those characters life and fate will intertwined when one of the mass shooting conspirator start to target the life of the survivors.
I like that Roberts didn't hide the identity of the conspirator. The conspirator, Patricia Hobart was a psychopath but what make it disturbing is Patricia just one year below Simone, so in the time of shooting she was barely fifteen (Simone was 16 and Reed was 19). Patricia is a minor, come from abusive father and meek mother but she love her brother dearly, a same brother that become one of the mass shooter. All the mass shooting plan come from Patricia with her genius mind but sick personality. I like that Roberts didn't hold a punch when its come to write a villain. Often I read about morally grey villain or charismatic antihero. Patricia is just PLAIN.BAD.EVIL. There's no redemption for her. Not only psychopath but I believe Patricia have narcissistic personality disorder, shown from the way she taunting Reed with her murder spree and her interview with a journalist in order to show that she was the mastermind of the shooting and killing. I think Roberts successfully make me to not have any sympathy for Patricia because I believe people like her did exist. If there's any pity maybe because it's a waste for Patricia genius mind to be used to kill people, but what do I know?
I like that while Simone and Reed was destined for each other, Roberts give them time to grow and mature. They are also didn't intertwined and interact for almost half of the book although Reed know about Simone because he still keep contact and information about the survivor of DownEast Mall mass shooting. I like that Shelter in Place is pretty much female-centric despite the book focused more to Reed rather than Simone, because the thriller aspect come from the cat and mouse game between Reed and Patricia. Reed become a cop (later Chief in Tranquility Island) because of Essie's influence. He also find himself after almost become one of Patricia's victim (therefore make she obsessed to taunting Reed) after meeting CiCi Lennon, Simone's grandmother. The romance start slow but sure. While Simone might be start as commitment phobic as much like any Robert's heroine and Reed is a hero with charms, Simone didn't play hard to get. I like the way Roberts describe Simone's process in art, especially clay. How Simone try to process her grief in her own way by sculpting clay and also to memorize those who died including her best friend. That part still bring me a little tears.
The end and the fate of Patricia might be a little too rushed for my taste, especially after all that suspense but I guess we can't have it all. While I praise that the romance didn't start as fast, the joke between Reed and CiCi just come close to comfort, not mention can be too icky, lel, I mean, CiCi basically is Simone's grandma and I know Reed is an easy going man and he feel grateful because CiCi is the one that pulled him from his brooding moment but the joke can be too much sometimes. Aside from that, I don't have complaint. Shelter in Place is pretty much book written for the survivors, although there some dark cloud (named Patricia) that threatened the peace, but the survivors triumph their predicaments. Come back stronger but still memorize those who fall just because some of the teenager have issue with their hatred to the world. A hatred that can be manage if only the adult around them can understand, instead they choose violence that end so many lives.
I will recommend Shelter in Place, if you just dip into Nora Roberts's work (since she have so many of her back list), but I also want you to read this book because of its message. How Roberts can write about grief, survivor guilt and trauma but also manage to write it positively through the end and still try to honor those who had died.
Graphic: Cursing, Death, Gun violence, Blood, Grief, Mass/school shootings, Stalking, Murder, Fire/Fire injury, and Injury/Injury detail
Moderate: Animal cruelty, Fatphobia, Sexual content, Kidnapping, and Death of parent
Minor: Alcoholism, Homophobia, Racial slurs, Antisemitism, Pregnancy, and Lesbophobia
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? No
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? It's complicated
- Flaws of characters a main focus? No
3.5
The mystery is pretty solid and actually our heroine Hattie Hayes is not bad herself. She seems positive without too much sunshine (aka grating my nerves) and kinda business savvy. Although, if I read some of the reviews, I agree that Hattie's decision to share free jar and jug of moonshine in her opening party to local business owner kinda hard to believe although I think Hattie did it because of "to make money, you must spent money in order to do a marketing". But when Hattie didn't installed a camera system for her store, I just kinda face palm. Like, girl, why no security camera? I think maybe because of plot, because with the lack of camera system in the outside of store, Hattie can't caught the murderer that kill the Limerick's owner, a local bar and therefore Hattie was suspected.
Anyway, I still enjoy reading this book and also enjoy the relationship between Hattie and her love interest, Marlon Landers. Some of the reviewers state that the way Marlon called Hattie as "little filly" is cringey. I don't get it after I google it and then I was like "ahh, I understand, lol". Yep, it can be a little cringey though, lel. There also some of sexist remark toward Hattie although Hattie try her best to face it. Some of the story can be too mundane to read but overall the mystery still enjoyable and I'm looking forward to see Hattie's moonshine business to shine through.
Graphic: Death, Blood, Murder, and Alcohol
Moderate: Infidelity, Sexism, Car accident, and Pregnancy
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? No
- Loveable characters? It's complicated
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? No
3.0
Itulah perasaan yang gue rasakan abis baca Origin. Walau banyak mutual Goodreads yang suka dan menyanjung, tapi review Qui dan Mba Astrid seengganya mewakili apa yang gue pikirkan. Tidak ada yang benar - benar baru dari apa yang ditawarkan Dan Brown pada novel terakhirnya ini karena walau Brown mengulik sebuah pertanyaan yang menggelitik pada dasarnya temanya tuh ya sama aja. Agama vs Sains. Tema yang udah dipake di Angels and Demons (sama plek ketiplek malah), The Da Vinci Code dll.
Tidak cuma tema, tapi arketipe dasar dari novel - novel yang ada Robert Langdon ya dipake lagi sama Brown. Topik yang mencengangkan (kali ini tentang teori evolusi dan asal mula), terbunuhnya karakter yang penting (Edmond Kirsch, sang futuris yang mengemukakan teori tentang asal mula kehidupan), tokoh wanita pendamping (Ambra Vidal, yang juga tunangan calon Raja Spanyol), pembunuh fanatik (yang mengingatkan pada Silas di The Da Vinci Code), peran gereja, kejar - kejaran berpacu dengan waktu, jalan - jalan menyelusuri taman, eh museum dan bangunan bersejarah di Spanyol, pencarian password dan kode - kode serta simbol yang sayangnya itu kode dan simbol kayaknya makin sedikit saja. Tak lupa penjelasan panjang lebar sangat scientific yang bikin gue bengong abis baca.
Too ambitious, itu yang gue rasakan dari Origin. Sayangnya ambisi Dan Brown terkesan nanggung. Setelah menggebu - gebu perdebatan sains vs agama dan kali ini juga Edmond itu orangnya atheis, om Brown seakan malu-malu ingin bilang "eh walau aku nulis ini dengan mengecam agama - agama (terutama agama Samawi) dan kesannya sains itu lebih unggul, sebenarnya agama dan sains itu saling melengkapi kok." Yah, persis kayak Angels and Demons. Ini apa Dan Brown udah kehabisan bensin atau ide lagi gue udah ga tahu deh. Penemuan Edmond tentang dua pertanyaan penting "Darimana kita berasal?" dan "Kemana kita akan pergi?" pada akhirnya hanya mengutarakan apa yang sebenarnya sudah pasti arahnya kemana. Jadi bisa dibilang antiklimaks? Ya bisa jadi, meski gue sendiri mengagumi cara - cara Dan Brown mengecam fanatisme agama dan juga pandangan utopianya akan keberlangsungan manusia yang nantinya akan berdampingan dengan teknologi. Apakah yang ditulis sama Dan Brown di Origin akan jadi kenyataan? Apalagi tentang teknologi A.I? Ya bisa jadi sih. Headset konduksi tulang yang dipakai Langdon yang menghubungkannya dengan Winston, A.I cerdas buatan Edmond itu juga sudah sering dipakai sekarang. Tapi apakah visi utopia yang ditulis Dan Brown akan benar - benar TERWUJUD? Mungkin kalau di dunia maju ya gue bisa bilang iya, tapi kalau di negara Konoha, eh, Indonesia mungkin kita akan cemas dulu menuju masa depan :P.
Gue ngerasa Langdon lama - lama berasa kayak Gary Stu, paham segala hal. Gue tahu bahwa Dan Brown menulis Langdon karena dia merasa Langdon itu ya dirinya, tapi Langdon yang aslinya Professor ahli Bahasa dan Simbol tahu - tahu paham fisika itu gue kayak err gimana ya. Jadi berasa serba tahu? Jujur gue lebih pengen lihat Langdon bahas tentang simbol - simbol atau interpretasi lukisan, karya seni, etc. Makanya perjalanannya ke Casa Mila dan Sangrada Familia itu bikin gue merasakan "ah, ini lho yang gue cari dari cerita - cerita Langdon. Jalan-jalannya!" Deskripsi tentang beberapa bangunan sejarah di Spanyol memang sangat kaya dan walau jadi kayak berasa baca wiki untuk beberapa bagian, toh tetap tidak menghilangkan rasa penasaran dan ingin siapa tahu suatu saat bisa kesana. Sayangnya, chemistry Langdon sama sidechicknya terasa kurang. Gue kayak merasa Ambra ada hanya karena situasi saja dan bahkan perasaan Ambra yang tiba - tiba muncul ke Langdon menjelang akhir cerita bikin gue "Apaan nih? Stockholm syndrome kah?"
Sayangnya lagi nih, gue ngerasa buku ini muter - muter ga karuan. Awal Origin itu sangat lambat dan bahkan bikin gue kesal. Presentasi Edmond di awal bahkan memakan hampir seperempat bab yang bikin gue teriak "Janc*k, kapan iki presentasine mulai he???". Oke, I just let my inner jancukism to come out, lel. Baru setelah huru hara dimana Edmond tewas terbunuh (bukan spoiler, emang ada di blurb bukunya), pace cerita mulai cepat. Untuk konspirasinya sendiri ya khas Dan Brown dan twistnya...hmm ga bisa gue bilang brilliant sih. Malah udah kayak ketebak termasuk ke endingnya. Walau menurut gue, cara pelakunya merancang semua kejadian di Origin ini emang agak - agak outlandish.
Jadi, "dari mana kita bermula?" dan "kemana kita akan pergi?" Bagi gue jawabannya cuma satu yaitu "MBUH"; XD. Karena toh setelah berharap ada sesuatu yang spektakuler dari penemuan Edmond, yang gue dapat ternyata penjelasan dari eksperimen yang sebenarnya sudah pernah dilakukan dengan teori - teori yang sudah banyak beredar namun keabsahannya pun masih tanda tanya. Bahkan untuk jawaban "kemana kita akan pergi" menurut gue juga terlalu utopia. Bukannya ga mungkin, bisa aja terjadi, tapi kemungkinannya ya 50:50. Origin ini ditulis 2017 dan sampai sekarang di tahun gue baca buku ini yaitu di 2024, Dan Brown belum mengeluarkan buku baru (selain buku anak - anak yang dia tulis). Infonya sih om Brown lagi menulis kisah Langdon yang baru tapi jujur gue ga terlalu excited buat baca kalau - kalau tema yang diusung masih sama. Masih mengusung sains vs agama dan kecaman serta harapan Om Brown terhadap agama - agama di dunia ini sehingga ga ada yang benar - benar baru.
Semoga aja kalau ada buku baru tentang Robert Langdon, jangan Europe-centric lagi lah Om Brown. Masa kagak bosen bahas tentang negara - negara Eropa mulu sementara kekayaan budaya dari negara lain yang di luar benua Eropa itu buanyaaak banget.
Graphic: Death, Gun violence, Terminal illness, Religious bigotry, and Murder
Moderate: Drug use and Infertility
Minor: Suicide and War
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? No
4.0
Just like the title, the poor victim indeed was dead after eating shrimp dumplings while it was known that he had shellfish allergic. Our heroine, Lana Lee, a 27-ish Asian American chick become one of the suspect because she was the delivery girl that deliver the dumpling package to Mr Thomas Feng, the poor victim. The other suspect is the cook from Lana's mother restauran Ho-Lee Noodle and Lana will do everything to clear both her name and the cook's name, Peter Huang. Just like your usual cozy mystery, Lana start to sleuthing together with the help of her best friend, Megan Riley. Of course, she will crossed path with the detective that handle the murder case, Adam Trudeau. Apparently, Det. Trudeau have some slightly romantic interest to Lana while in the other side also warn Lana to mind her own business. Typical. And..just like your usual cozy mysteries titles, the true perpetrator knowing that Lana's sleuthing will sooner or later comes to light and will endanger them.
Death by Dumpling cross some of cozy mysteries trademark while still manage to entertain and a little bit unique. I like that while this book told entirely from Lana's PoV, her characteristic and attitude are pleasant to read. I admit I don't really like character that come as "girl boss" but end up trying so hard in girlbossing or "woe is me" especially that written toward millennial readers despite I'm myself is millennial. Yeah, Lana just have a bad break up and also got fired so she's now back to help her mother's restaurant, but I really like reading her voice. Girl just want to clear her name and want everything going back to be okay. I like her friendship with Megan and also how they start to sleuthing together although the majority of sleuthing done by Lana herself. Her potential romantic relationship with Det. Trudeau is well written and I like that there's no love triangle.
Just like your usual cozy where everyone knows everyone, the people in the Asian Plaza also know Lana Lee and her family. They might harbor some secrets that hidden in the dark and some of them might be hold a grudge to the late Mr Feng. The sleuthing that Lana done will unraveled some of the secrets while also left some things open unsolved. I like that despite Lana already in her 27-ish, her Mom still nagged her, her older sister also nagged her and the gossip lady (aka Mahjong Matrons) want to know Lana's love life. Very, very typical but also charming and endearing as well. The mystery is solid and the pace also okay. I like that the fonts that this book used also slightly larger so I can comfortably read the physical version. Oh, another reason why Death by Dumpling have 4 stars from me is I like that when Lana finally get the truth about the culprit, she didn't try to cornered the said culprit alone. Phew, that's one of my pet peeve when reading mysteries, though. The main character love to endanger themselves when facing the murderer!
A solid cozy mysteries with foodies theme although the absent of recipes is disappointing, lel. I look forward to more Lana's future sleuthing!
Graphic: Death and Murder
Moderate: Drug use, Infidelity, and Alcohol
Minor: Racism